Krisis besar memerlukan energi besar untuk menghadapinya. Memandang dahsyatnya tantangan yang diakibatkan krisis lingkungan di masa ini, tak mengejutkan jika agama kemudian terlibat dan dilibatkan. Dari banyak dimensi krisis itu, pembahasan buku ini terpusat pada salah satu persoalan lingkungan terbesar, yaitu konsumsi dan populasi. Konsumsi berlebihan dan pertambahan penduduk yang tak terkendali adalah dua faktor utama yang membebani daya-dukung bumi secara berlebihan. Sampai kapan bumi mampu menanggungnya? Buku ini menyajikan pembahasan ilmiah mengenai isu-isu seperti daya-dukung bumi, indikator keberlanjutan (sustainability), dan dampak lingkungan dari gaya hidup berbasis konsumsi. Tak hanya menyajikan perspektif ilmiah yang kuat mengenai dampak populasi dan konsumsi pada daya-dukung bumi, buku ini juga mengajukan pilihan-pilihan etis mengenainya. Bagaimana agama bisa terlibat dalam penanganan masalah lingkungan ini? Sumbangan potensial apa yang bisa diberikan umat beragama? Bagaimana pula nilai-nilai etis dan keagamaan dapat memengaruhi kebijakan (policy) dalam mengubah arah perkembangan masyarakat konsumen saat ini? Sebagai bagian dari wacana mengenai ilmu dan agama, buku ini juga menyajikan satu dimensi wacana tersebut yang belum banyak dibahas. Inilah sebuah contoh nyata bagaimana ilmu dan agama dapat “diintegrasikan”—bagaimana keduanya bersinergi untuk memecahkan masalah lingkungan, yang sekaligus juga adalah masalah kemanusiaan. Karenanya, buku ini merupakan sumbangan penting yang perlu dicermati peminat kajian agama maupun ilmu lingkungan. [Mizan, Pustaka, Referensi, Indonesia]
Badai itu sangat kencang disebabkan oleh massa udara yang terdesak oleh batu sebesar 1 km itu. Bayangkan, bila Anda dijalan raya ... Ketika jatuhdi daratan, meteorituakan menyebabkangempa bumi yang sangat dahsyat, di atas8skala Richter.
Rungutan bumi yang goyah menipis diinjak kaki dan roda. Rintihan mereka yang terdesak meraba-raba mencari kebebasan, mereka memohon jasa tangan, lalu memamahnya bagai roti. Kekecewaan si buta dek terbangun kesiangan mereka tidak mampu ...
teknologi industri modern yang menguras sumber daya alam dan memberikan polusi pada bumi dengan laju yang tak ... Pertambahan penduduk yang tidak terkendali, pola konsumsi yang juga tak terkendali membuat bumi menjadi semakin terdesak.
... kondisi kekinian planet bumi; bahwa planet yang dihuni oleh makhluk hidup ini sedang dalam kondisi terdesak. Bumi menjadi semakin rentan terhadap aneka gangguan; alam dan non alam sebagai akibat dari rantasnya daya lenting ...
... penduduk yang tidak terkendali, pola konsumsi yang juga tak terkendali membuat bumi menjadi semakin terdesak. Lingkungan menjadi terganggu. Persoalan ini telah lama dikhawatirkan para ilmuwan termasuk yang sekuler sekalipun.
Tubuhnya yang diangkat dan dihempas acap kali menyerakkan derita ke segenap tubuh. ... Sulursulur Indera Bumi yang lain segera memanjang dan melibaslibas. ... Baginda gembira melihat usaha lawannya yang terdesak tidak menjadi.
1972 yang ditulis oleh sekelompok ahli dari berbagai latar belakang keilmuan yang tersatukan dalam forum Club of Rome, ... Ulang DayaDukung Bumi: Indikator Keberlanjutan Wilayah artikel pada buku Audre R. Chapman, Bumi yang Terdesak: ...
Dalam proses pembentukannya, ketebalan kerak bumi tidaklah sama. Ada kerak bumi yang tebal, ada pula yang tipis. Bagian kerak bumi yang tipis terdesak keluar oleh gerakan gas yang ada di dalam bumi. Dengan demikian, permukaan bumi ...
substansi air hujan itu yang menyebabkan bumi dapat tumbuh subur? ... diakibatkan oleh sikap dan sifat 129 Andrey R. Chapman, dkk; Sains, Agama, dan lingkungan, dalam buku: Bumi yang terdesak: perspektif ilmu dan agama..........., h.
relevan, bahkan perlahan-lahan menjadi suatu masa yang tak jelas dan tak berwujud dan hanya dihadirkan dalam kepala kita di bawah beberapa “tanda generik”. Bahasa kita seolah-olah direnggutkan dari “bumi”, dari bentuk, bau, warna, ...