Berbagai peristiwa dunia belakangan ini diwarnai oleh kekerasan yang dilakukan oleh kelompok agama tertentu. Islamic State di Timur Tengah, Boko Haram dan Lord's Resistance Army di Afrika, ekstremis Buddha dan Hindu di Myanmar dan India. Ini memunculkan pandangan populer bahwa agama adalah sumber kekerasan dan bertanggung jawab atas rentetan terorisme yang kian kerap terjadi. Melalui buku ini Karen Armstrong memberikan tanggapannya terhadap pandangan tersebut. Karen melakukannya dengan menampilkan penjelajahan historis yang luas, mulai dari epik Gilgamesh hingga Al-Qaeda, merentang masa 3.000 tahun sebelum kelahiran Kristus hingga zaman sekarang. Mencakup masyarakat purba, bukan hanya Babilonia, melainkan juga India klasik, Cina, dan Israel. Dari penelusurannya, Karen menunjukkan bahwa alasan sesungguhnya bagi perang dan kekerasan yang terjadi sepanjang sejarah umat manusia sangat sedikit hubungannya dengan agama. Alih-alih berakar dari inti ajarannya, fenomena kekerasan merupakan reaksi terhadap kekuasaan negara, kapitalisme dan modernisme yang dibungkus dengan bahasa agama. Karen juga memperlihatkan bagaimana agama dapat meredakan kemarahan ini-dan harapan bagi perdamaian di antara orang-orang beragama berbeda di zaman kita. "Provokatif dan sangat enak dibaca … kajian komparatif [Armstrong] sangat menyegarkan .… Dengan berani, seperti biasanya, dia meliput sejarah agama di seluruh dunia dan sepanjang 4.000 tahun untuk menjelaskan hubungan agama dan kekerasan serta untuk menerangkan bagaimana agama juga digunakan untuk menentang kekerasan." -Publishers Weekly (starred review) "Datang pada saat yang tepat, ahli sejarah agama Karen Armstrong menghadirkan Fields of Blood .... Penuh dengan contoh-contoh … tujuan akhir [Armstrong] adalah meminta kita untuk sejenak berhenti. Pikirkan sebelum melompat ke dalam prasangka, katanya .... Di antara yang paling menarik dalam bukunya adalah dekonstruksinya atas stereotip Islam modern …. Pada bagian akhir, hal yang paling ditekankan oleh Armstrong adalah bahwa dengan menyalahkan agama atas kekerasan, kita secara sengaja dan berbahaya membutakan diri terhadap isu sesungguhnya di Timur Tengah dan Afrika." -Patricia Pearson, The Daily Beast "Elegan dan tangguh .… Akurat sekaligus cerdas, menakjubkan dalam keluasan pengetahuan dan perincian historisnya … [Armstrong] berupaya memperlihatkan bahwa, alih-alih menempatkan kesalahan pada gambaran kekejaman dan legenda-legenda dalam teks kitab suci dan sejarah agama, kita harus berfokus pada konteks politik yang membingkai agama." -Mark Juergensmeyer, The Washington Post "Dari Gilgamesh hingga bin Laden, [Armstrong merangkum] hampir lima milenium pengalaman umat manusia .… Memberikan konteks pada apa yang mungkin tampak seperti episode-episode kekerasan yang dimotivasi agama, untuk memperlihatkan bahwa agama bukanlah penyebab utama …. Dia tidak ragu untuk mengatakan bahwa agresi para jihadis modern tidak merepresentasikan esensi agama yang abadi, dan bahwa faktor-faktor politik, ekonomi, dan budaya lainnya sangat berperan dalam bagaimana dan mengapa orang-orang menjadi radikal." -Noel Malcolm, The Telegraph (UK) "Buku yang sangat penting ... terpuji karena keilmiahannya, dan memang sangat layak." -Maureen Fiedler, National Catholic Reporter "Berskala epik … kajian menyeluruh dan cerdas tentang sejarah kekerasan dalam hubungannya dengan agama … Armstrong dengan sabar menggiring pembaca melintasi sejarah … tulisannya jernih dan deskriptif, pendekatannya berimbang dan ilmiah … bacaan yang memukau, rujukan yang berguna, dan suara yang tegas dalam membela yang Ilahi dalam budaya manusia." -Kirkus Reviews (starred review) [Mizan Publishing, Agama, Kajian, Terjemahan, Keyakinan, Indonesia]
Baffledand furious, Cain luredhis brother intothe family plotand killed him, his arable landbecoming a field of blood that cried outto Yahweh for vengeance. “Damned be youfrom thesoil, which opened upitsmouth to receive your brother's ...
... withdraw from the field. The sounds of combat had diminished. ... There were perhaps seventy of them; the rest were sprawled, uncaring, on the blood-sodden ground to their rear. Hanno noted, as if for the first time, ...
Farnham, UK, 2015. Anna Comnena. The Alexiad. Translated by E. R. A. Sewter. With an introduction by P. Frankopan. London, 2009. Anonymous. “Syriac chronicle.” Translated by A. Tritton. Journal of the Royal Asiatic Society 65 (1933): ...
After weaving between fields of course thread, it ducked into a humid patch of black hair and fatty rolls. The armpit. ... It was a blessed reprieve from the contaminated veins in Ukraine or the chemical Field oF Blood 177.
European Co-operation in the Field of Blood: Miscellany on the Occasion of the 20th Anniversary of the Committee of Experts...
"Combining the thoughtful use of theory with a vivid historical ethnography, this is an important, courageous, and pioneering work which opens up the whole issue of nation-building in northern Greece."—Mark Mazower, University of Sussex
ثورة لم تكتمل.. تاريخ إعادة البناء فى أمريكا بعد الحرب الأهلية
The Sorrowful Mysteries of Brother Athelstan THE NIGHTINGALE GALLERY THE HOUSE OF THE RED SLAYER MURDER MOST HOLY THE ANGER OF GOD BY MURDER'S BRIGHT LIGHT THE HOUSE OF CROWS THE ASSASSIN'S RIDDLE THE DEVIL'S DOMAIN THE FIELD OF BLOOD ...
Thisisthe worldthat FIELDOF BLOOD brings to life so brilliantly. ... from Silence oftheLambs toPresumed Innocent, butthe novelI came back to most often was FIELD OF BLOOD, and not just because ofthe similarity of setting.
A UNIQUE ADVENTURE SERIES FROM THE NUMBER ONE BESTSELLING AUTHOR OF THE DWARVES An action - packed mystery adventure lies behind every door ... MARKUS Η Ε Τ Τ Z DOORS FIELD OF BLOOD FIELD OF BLOOD Also by Markus Heitz T D The.